Tiga setahun abad lamanya tanah Ibu Pertiwi terantai dari penjajah
Kemudian tiga setengah tahun kembali tanah nan elok dan indah terporak-porandakan
Saat itu tulang belulang anak negeri bergelimang di Bumi Pertiwi
Membanjiri darah dari Sabang sampai Marauke
Anak istri serta keluarga harus rela dalam tangis doa melepas para suami dan pemuda berangkat ke medan laga
Bung Tomo, Sultan Syahrir, Pangeran Diponegoro, Jendral Sudirman, Teungku Umar serta seluruh rakyat Indonesia bergema meneriakan, "Merdeka atau Mati"