Rindu tak ada takutnya, tak bisa dibendung, tak bisa dipacu, juga tak mengenal waktu. Tidak saja berlaku kepada yang masih hidup di dunia, tetapi juga kepada yang sudah tiada. Kapan dia datang menerjang. Dibiarkan berlarut berkonsekuensi migrain atau depresi. Menyalurkan rindu tidak mesti face to face, tidak harus berkencan ria. Rupa rupa caranya.
Rinduku pada istri kutebus melalui mimpi, meski ini susah terealisasi. Melalui rekonstruksi masa silam tak mempan.
Kujemput melalui shalat malam, larut dalam kesedihan mendalam. Kueja ayat suci tuk wasilah bertemu dengannya tapi tiada mudah. Kuziarahi makamnya serasa ingin menemani, berat beranjak pergi.
Akhirnya aku tulis puisi ini untuk mewakili rinduku yang terkadang tak terkendali.
Ibarat radio tinggal menuju gelombangnya.
Ibarat video tinggal membuka yang disuka.
Rindu terus menggebu.
Tak kubiarkan dia berlalu.
Walau usiaku di pelukan senja, ingin selalu bersama dia tanpa jeda. Rindu tak ada matinya.
Produk Terkait
Dongeng Saka Pabaratan
Rp. 39.000
Meretas Simfoni
Rp. 45.000
Parade Cahaya
Rp. 43.000
Mengiring Lara
Rp. 40.000