Anak berkebutuhan khusus seperti tuna grahita berhak mendapat pendidikan yang layak, karena melalui pendidikan tersebut anak dapat berinteraksi dengan orang lain dan diperlakukan sama dengan anak normal lainnya. Anak tunagrahita mengalami keterbelakangan mental dengan IQ di bawah 60. Keadaan tersebut menyebabkan munculnya kesulitan dalam mengikuti pembelajaran.
Cenderung kurang termotivasi dalam belajar, sering mogok belajar, cepat bosan dan emosi yang kurang stabil, menjadi ciri anak tunagrahita. Kondisi tersebut berdampak pada kemampuan berhitung yang kurang optimal. Misalnya anak tunagrahita yang duduk di kelas I SLB-C semestinya sudah mampu mengurutkan bilangan 1 sampai dengan 10
Kemampuan berhitung dimulai dari menghafal dan mengurutkan bilangan sebagai kemampuan fundamental sebelum kemampuan berhitung yang lain diajarkan. Guna mencapai kemampuan tersebut, perlu ditumbuhkan motivasi belajar mengurutkan bilangan. Upaya yang diterapkan guru yakni mendesain pembelajaran secara interaktif dengan media pembelajaran yang menarik. Salah satu media yang digunakan adalah kartu angka bilangan 1 sampai dengan 10.
Tujuan pemanfaatan kartu angka adalah meningkatkan motivasi anak sehingga mau belajar dan akhirnya berdampak pada kemampuan anak dalam mengurutkan bilangan. Bagaimana kemampuan anak tunagrahita dalam mengurutkan bilangan? Bagaimana desain pembelajaran mengurutkan bilangan bagi anak tunarahita? Bagaimana teknis pemanfaatan kartu angka bagi anak tunagrahita? Bagaimana perkembangan motivasi anak tunagrahita dalam pemanfaatan kartu angka? Selengkapnya dapat dibaca secara menyeluruh dalam buku ini.