Ingin rasanya Sabir menyatakan cintanya, juga keresahan-keresahannya. Memohon agar Sera mau ikut dengannya lari ke mana saja. Menumpang bus dari terminal Bonawang kearah manapun yang tersedia, membeli tiket kapal dari pelabuhan Manado, menyebrang ke daratan lain di mana pun asal berdua dengan kekasihnya. Meninggalkan segala perseteruan, dan kerumitan antara kakek nenek mereka.
Sampai pulang, keduanya masih tidak berani menerka hidup seperti apa yang menunggu mereka setelah ini. Tahun-tahun panjang kemarau seperti apa yang harus mereka patahkan, kesunyian-kesunyian seperih apa yang akan mereka carikan obat, dan akan seberapa patah hati mereka yang tak akan bisa disambung dengan panimbur apapun, tidak juga dengan tayok apapun. Patah saja selama-lama hidup.