Buku Keseimbangan Estetika Tradisi Logika Teknologi
Di tengah gelombang revolusi digital yang penuh dinamika dan tantangan, apakah warisan budaya akan musnah atau justru bertransformasi?
Buku ini menyajikan sebuah formula untuk menjawab dilema tersebut: Integrasi Kultural Inovatif. Ini menjadi sebuah peta jalan untuk mencapai keseimbangan antara Estetika (Seni) sebagai sumber keindahan dan daya hidup, Tradisi (Kearifan Lokal) sebagai jangkar etika dan identitas, dan Logika Teknologi (Sains) sebagai alat amplifikasi/perluasan dan efisiensi.
Melalui pendekatan multidisiplin Seni, Budaya, Sains, dan Teknologi (SBST), para penulis mengeksplorasi bagaimana konsep ini dapat terwujud dalam praktik:
· Seni Bertahan dalam Era Algoritma: Bagaimana Tari Jaipong dan tarian klasik Keraton di-reinventing melalui live streaming dan pemadatan durasi tanpa mengorbankan sakralitasnya.
· Jurus Jiwa dan Resiliensi: Menguraikan filosofi Pencak Silat (Psifolk) sebagai suatu sistem pengetahuan holistik yang dapat membentuk mental tangguh, disiplin, dan karakter di tengah tekanan modern.
· Panggung Hibrida: Menganalisis desain proyeksi intermedial dan Mise en Scène yang mengubah teater klasik (Antigone) menjadi pertunjukan in real time yang berdialog dengan AI dan media digital.
· Pendidikan Abad 21: Memaparkan model kurikulum yang mengintegrasikan nilai-nilai kearifan lokal ke dalam pembelajaran inovatif.
"Keseimbangan Estetika, Tradisi, dan Logika Teknologi" merupakan panduan penting bagi akademisi, seniman, pendidik, dan pembuat kebijakan. Model ini membuktikan bahwa warisan budaya Nusantara bukan sekadar kenangan masa lalu, melainkan fondasi etika dan identitas yang relevan, sekaligus menjadi mesin penggerak inovasi untuk masa mendatang.
