Ini kali ketiga aku menapaki semilir angin di sini. Masih dengan aroma yang sama. View yang sama. Hanya beberapa pikuk lampion dari jauh yang berbeda. Beberapa ketek, transportasi air mirip perahu bermesin aki, hilir-mudik menghantar beberapa pengunjung kesana. Ke tempat pertama kuhirupi aroma perjumpaan dengannya. Aroma yang saban waktu menggorogoti kalbu. Aroma...sudah, sudah.
***
Itu dulu. Awal perjumpaan tepat gembok karatku
tercuri olehnya. Aku kembali pada duniaku. Tak ada Sarah. Tak ada lelaki
beraroma hio alias dupa itu. Namun, sesekali kurasakan aromanya menusuk. Kubuka
kotak kaca berisi bunga Meihua yang layu. Mataku mulai lebay. Bulir-bulirnya
mengalir begitu saja. Kurasa suaranya hadir di sini. Memori itu kembali menari
seperti komedi putar. Suaranya mengiang di telingaku.